Yogi Syafril:
RUMAH KITA
(Yogi Syafril)
Hanya bilik bambu tempat tinggal kita
Tanpa hiasan, tanpa lukisan
Beratap jerami, beralaskan tanah
Namun semua ini punya kita
Memang semua ini punya kita, sendiri
Hanya alang alang pagar rumah kita
Tanya anyelir, tanpa melati
Hanya bunga bakung tumbuh di halaman
Namun semua itu milik kita
Memang semua itu milik kita,sendiri
Haruskah kita beranjak ke kota
Yang penuh dengan tanya
Lebih baik disini, rumah kita sendiri
Segala nikmat dan anugerah yang kuasa
Semuanya ada disini
Rumah kita….
(Achmad Albar, Godbless)
Rumah adalah kebutuhan raga untuk berlindung dari sengatan cuaca dan beristirahat dari kesibukan dunia. Oleh karena itu rumah menjadi salah satu dari trilogi kebutuhan dasar manusia, sandang-pangan-papan (rumah). Maka wajar kalau kemudian manusia berusaha membangun rumah yang nyaman dan aman bagi raganya.
Rumah juga adalah kebutuhan jiwa untuk berlabuh dari segala duka dan menambatkan segala lara. Maka pantas jika manusia pun mendirikan rumahnya yang nyaman dan aman bagi jiwanya.
Rumah pun merupakan kebutuhan agama. Untuk itu Allah membangun rumah-Nya di dunia sebagai tempat berkumpul dan tempat yang aman bagi manusia.
“ Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: " Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud" (QS Al-Baqarah:125)
Selanjutnya Allah membangun rumah-Nya (baca masjid) di seluruh penjuru dunia dan memerintahkan manusia untuk “ memakmurkan”-nya.
“ Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk “ (QS At Taubah :18)
Maka wajar dan sudah seharusnya DA’WAH pun punya rumah. Tempat para DA’I berlindung dari “sengatan dunia” dan beristirahat dari “ kelelahan jihad “ . Wadah untuk melabuhkan seluruh “duka perjalanan” dan segala “lara perjuangan”.
Tapi RUMAH DA’WAH sebagaimana halnya RUMAH KITA, mungkin hanya berbilik bambu tanpa hiasan dan tanpa lukisan. Barangkali cuma beratap jerami dan beralaskan koran.
Namun RUMAH DA’WAH seperti halnya RUMAH KITA, bisa jadi hanya berpagarkan alang-alang, tanpa berjejer anyelir dan tanpa bertabur melati.
‘Ala kulli hal, inilah RUMAH DA’WAH KITA, tempat yang kita yakini Allah akan menurunkan nikmat dan anugerah-Nya. Maka apapun yang terjadi, DI SINI LEBIH BAIK dan LEBIH BAIK DI SINI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar