Jumat, 19 November 2021

kisah ibu, kasih ibu sepanjang jalan sepanjang masa

[19/11 06.02] 
Penulis adalah
Nama: Yajid
Tanggal lahir : Purbalingga 03 Juli 1970
Kasih ibu sepanjang jalan (sepanjang masa)
Oleh Yajid.M.Pd.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Kisah seorang ibu dan anak
Pada saat memulai tulisan ini saya merasakan kebingungan dan mencari ide dari hasil penelusuran terhadap pengalaman masa lalu sejak masih bersama seorang ibu dan ayah di kampung ku.

Ibu kebaikan begitu besar tak bisa dibalas Dengan apapun hanya dengan berbakti kepadamu itu balasan yang terbaik bagi ibu.

Ibu berapapun rupiah aku berikan ke ibu tidaklah bisa membalas semua kebaikan ibu.
Ibu aku teringat masa-masa yang lalu semasa masih hidup bersamamu engkau sering memberiku uang untuk jajan, memberiku senyuman dan kasih sayang, memberiku boolean dan kerinduan ibu semoga engkau berada dalam surga Allah subhanahu wa ta'ala. Dan semoga kelak kita akan bersama di surga-nya Amin ya robbal alamin.

Ibu betapa indahnya hari hari bersamamu Ibu ku kini ku kenang sepanjang hidupku aku doakan sepanjang hayatku mengatakan aku cinta kepadamu
Ibu masih teringat ketika engkau memanggilku dengan panggilan kasih sayang mu , kemari Ibu punya sesuatu.

Tulisan ini saya berjudul kasih Ibu sepanjang jalan teman-teman semua sahabat semua betapa besar kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya.
Dia bukan hanya memberikan air susu tetapi juga memberikan pembelajaran dan pengajaran yang sangat berguna bagi anak-anaknya.
Ibu adalah Madrasah bagi kamu dengan Ibu saya belajar membaca menulis dan saya banyak belajar banyak hal yang saya terima dari kasih sayang seorang ibu.
Ibu adalah ah kepanjangan tangan dari Tuhan an tentang kasih sayangmu yang begitu besar dan begitu tulus untuk membesarkan anaknya seorang ibu tidak pernah meminta balasan atas jasanya membesarkan anaknya tidak pernah meminta imbalan atas segala kebaikan yang telah ia lakukan semua ia lakukan dengan tulus dan ikhlas tanpa pamrih harapannya agar anaknya bahagia sehat sentosa sepanjang masa dan menjadi orang-orang yang sukses di dunia maupun di akhirat.

 Akupun dengan gembiranya berlari menuju pangkuan ibu, Ibu berkata kepadaku kalau kamu sudah besar mau jadi apa, aku berkata padanya aku ingin seperti Ibu menjadi seorang guru. Ibu pun berkata itu cita-cita yang sangat mulia Semoga Allah mengabulkan cita-citamu amin-amin ya robbal alamin.

Seterusnya aku pun bertanya kepada Ibu apa yang Ibu punyai sehingga ibu. nggak memanggilku

Aku bermain dengan teman-teman ku saat itu permainan yang aku sukai adalah bermain kelereng bersama 4 temanku

Ibuku menjawab sambil mengeluarkan sesuatu yang ada di sakunya ini nak buat kamu, ternyata ibuku mempunyai permen permen itu adalah kesenanganku setiap hari aku makan permen. Lalu aku mengucapkan kepada ibuku dengan girang dengan semangat mengucapkan terima kasih ibu terima kasih.
Ibuku menjawab dan mengusap kepalaku dengan rambut sama-sama anaku. Lalu aku pergi menjauh dari ibu bermain dengan teman-teman ku.

Aku terus bermain tanpa mengindahkan panggilan ibuku sehingga ibuku pun marah aku pun minta maaf karena aku asik sedang bermain
Dalam permainan kelereng ada sanksi bagi yang kalah yaitu menggendong teman nya dari timur ke barat jarak antara barat dan timur sekitar 5 meter.

 Alhamdulillah karena aku nurut pada ibu akhirnya akupun tidak tertimpa sakit panas dingin seperti yang dialami oleh tiga teman saya.Ketika aku sakit Ibu sangat khawatir terhadap keadaanku.

Hal itu kami lakukan setiap hari jika cuaca hari itu terang dan tidak hujan. Tidak bosan-bosannya aku bermain kelereng dan teman-temanku namun permainan itu ada musimnya itu ketika musim kemarau kita bermain kelereng.
Jika musim hujan datang kami lebih banyak bermain hujan-hujan dan itu sangat membuat kami senang, tetapi jika Ibu melihatku sedang hujan-hujanan maka Ibu langsung memanggilku sini sini jangan hujan-hujanan tidak baik nanti kamu sakit, aku pun menurut kata ibuku

Saat aku minum aku mengingat Ibu karena ibuku sering sekali memberikan air minum kepadaku saat aku membutuhkannya.
Bahkan ibu selalu menawarkan minum ketika aku pulang dari sekolah, sebelum terlebih dahulu ibu memerintahkanku untuk cuci tangan pakai sabun lalu ibu memberikan segelas minuman kepadaku. Begitu perhatian seorang ibu terhadap anaknya begitu besar sehingga tidak terlihat oleh sang anak betapa besarnya jasa seorang ibu tersebut.
Kebiasaan Ibu memanjakan anaknya ini dilakukan setiap hari dan setiap waktu inilah yang menyebabkan seorang anak memiliki hubungan yang erat sekali dengan seorang ibu yang telah mengandung dan melahirkannya serta merawatnya dari sejak kecil hingga dewasa.Oleh karena itu seorang anak hendaknya menghormati kedua orang tuanya yaitu ibu dan bapaknya.
Ibu memiliki tugas merawat dan mendidik anaknya di dalam rumah sedangkan Ayah memiliki tugas mencari nafkah untuk kebutuhan keluarga. Jadi kita hendaknya memahami bahwa kedua orang tua kita memiliki jasa yang sangat besar terhadap kita. Rasulullah shalallahu alaihi wassalam menganjurkan kepada kita agar berbakti kepada kedua orang tua beliau bersabda yang artinya, *Ridhlo Allah itu terletak pada keridhaan kedua orang tuanya dan murka Allah terletak pada murka kedua orang tuanya*
Itulah perintah Allah dan rasulnya bahwa setiap manusia hendaklah menghormati dan berbakti kepada kedua orang tua meskipun berbeda keyakinan dan berbeda agama sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Ibrahim dengan ayahnya Nabi Musa dengan ibunya dan masih banyak contoh-contoh yang menunjukkan bahwa seorang anak manusia hendaknya berbakti kepada kedua orangtuanya.

Karena begitu besar pahalanya orang yang berbakti kepada kedua orangtuanya terutama kepada ibunya.

Pernah suatu hari pada saat hadir di majelis taklim seorang ustaz menjelaskan tentang keutamaan berbakti kepada kedua orang tua sebagaimana berikut ini
RAIH KEUTAMAAN ORANG TUA

Berikut ini 🔟 keutamaan berbakti kepada orangtua berdasarkan Hadis-hadis sahih :

1⃣ Amal yang paling utama

Berbakti kepada kedua orangtua merupakan salah satu amal yang paling utama.

Dari Abdullah bin Masud radhiyallahu anhu ia berkata

"Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, "Amalan apa yang paling dicintai Allah?" Beliau menjawab, "Salat pada waktunya." Aku melanjutkan, "Kemudian apa?" Beliau menjawab, "Berbakti kepada kedua orangtua." Lalu aku bertanya lagi, "Kemudian apa?" Beliau menjawab, "Berjihad di jalan Allah." (HR. Al Bukhari dan Muslim)

2⃣ Bernilai jihad

Berbakti kepada orangtua senilai dengan jihad fi sabilillah. Sehingga pada beberapa hadis, beliau menganjurkan orang yang akan berjihad untuk berbakti kepada kedua orangtua.

Dari Abdullah bin Ash ia berkata

"Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam lalu meminta kepada beliau untuk berjihad. Maka beliau bersabda, "Apakah kedua orangtuamu masih hidup?" ia menjawab, "Ya." Beliau pun bersabda, "Maka bersungguh-sungguhlah dalam berbakti kepada keduanya." (HR. Al Bukhari dan Muslim)

3⃣ Berpahala hijrah

Berbakti kepada orangtua juga bernilai hijrah. Ada seseorang yang berniat berhijrah ke Madinah, lalu Rasulullah memerintahkannya untuk tetap di negerinya dalam rangka berbakti kepada kedua orangtua.

"Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam lalu berkata "Saya berbaiat kepadamu untuk berhijrah dan berjihad, aku mengharapkan pahala dari Allah." Beliau bertanya, "Apakah salah satu orangtuamu masih hidup?" Ia menjawab, "Ya, bahkan keduanya masih hidup." Rasulullah bertanya lagi, "Maka apakah kamu masih akan mencari pahala dari Allah?" Ia menjawab, "Ya." Maka beliau pun bersabda, "Pulanglah kepada kedua orangtuamu lalu berbuat baiklah dalam mempergauli mereka." (HR. Muslim)

4⃣ Surga di bawah kaki ibu

Ungkapan surga berada di bawah kaki ibu merupakan ungkapan yang bersumber dari hadis dan menunjukkan betapa luar biasa keutamaan berbakti kepada ibu.

"Jahimah pernah datang kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam lalu berkata, "Ya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, aku ingin berperang dan sungguh aku datang untuk meminta pendapatmu." Beliau bertanya, "Apakah engkau masih memiliki ibu?" Ia menjawab, "Ya." Maka beliau pun bersabda, "Tetaplah bersamanya karena sesungguhnya surga ada di kakinya." (HR. Ibnu Majah dan An Nasai)

5⃣ Dipanjangkan umur, ditambah rezeki

Di antara keutamaan berbakti kepada kedua orangtua adalah sama dengan keutamaan silaturahim yakni dipanjangkan umur dan ditambah rezekinya.

"Siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambah rezekinya, maka hendaklah ia berbakti kepada kedua orangtuanya dan menyambung silaturahim" (HR. Ahmad)

6⃣ Memperoleh ampunan Allah

Berbakti kepada kedua orangtua merupakan salah satu amal yang dengannya Allah mengampuni dosa-dosa seorang hamba.

"Siapa yang mendapati salah satu dari kedua orangtuanya kemudian ia tidak diampuni, maka Allah telah menjauhkannya (dari rahmat)" (HR. Ahmad)

7⃣ Taat kepada orangtua merupakan bentuk ketaatan kepada Allah

"Taat kepada Allah (salah satu bentuknya) adalah taat kepada orangtua. Durhaka terhadap Allah (salah satu bentuknya) adalah durhaka kepada orangtua" (HR. Thabrani)

8⃣ Keridaan Allah ada pada keridaan orangtua

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

"Keridaan Tuhan ada pada keridaan orangtua dan kemurkaan Tuhan ada pada kemurkaan orangtua" (HR. Tirmidzi)

9⃣ Bentuk tobat kepada Allah

Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhu ia berkata
"Seorang laki-laki datang menghadap Nabi lalu berkata, "Sesungguhnya aku telah melakukan satu dosa yang sangat besar. Apakah aku bisa bertobat?" Beliau balik bertanya, "Apakah engkau masih memiliki ibu?" ia menjawab, "Tidak." Beliau bertanya lagi, "Apakah engkau masih memiliki bibi (saudari ibu)?" ia menjawab, "Ya." Maka beliau bersabda, "Maka berbaktilah kepadanya." (HR. Tirmidzi)

🔟 Tiket menuju surga

Berbakti kepada kedua orangtua merupakan tiket menuju surga. Dalam hadis diistilahkan orangtua adalah "ausathu abwaabil jannah" pintu surga yang tengah-tengah.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

"Orangtua adalah paling pertengahan dari pintu-pintu surga. Jika kamu mau, sia-siakanlah pintu itu (kau tidak mendapat surga) atau jagalah ia (untuk mendapatkan pintu surga itu)." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah). 

Wallahu alam bishawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar